11 Januari 2011

Completers

Ayat bacaan: 1 Korintus 9:24-27

 

Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya!

I Korintus  9:24.

 

Anak saya mengikuti sebuah kursus matematika. Dibutuhkan: ketekunan, kecepatan dan ketepatan untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan. Setiap hari dia harus menyelesaikan 10 lembar kertas kerja dengan benar dan sesuai waktu yang telah ditentukan. Kesalahan dan ketidak tepatan waktu dalam mengerjakan soal mengakibatkan dia harus megulang soal yang sama minggu berikutnya. Namun keberhasilan untuk menyelesaikannya membawanya terus naik ke level berikutnya. Ada kalanya dia menjadi jenuh dan ingin menyerah, namun keinginannya untuk menjadi Completers menjadikan dia mau terus belajar dan belajar.

Hal yang sama seringkali kita rasakan. Ada banyak permasalahan tidak habis-habisnya datang dan pergi dalam kehidupan kita. Beberpa menjadi bosan dengan permasalahan yang sama dan itu-itu saja yang harus kita hadapi. Permasalahan demi permasalahan merupakan sebuah latihan yang harus kita lewati untuk membawa kita ke level yang lebih tinggi. Setiap kali kita menghadapi sebuah permasalahan, bertanyalah, "Mengapa Tuhan ijinkan permasalahan ini datang dan bagaimana Tuhan berikan jalan keluarnya." Jika kita mampu menang, maka kita akan naik ke level berikutnya. Masalah yang lebih besar mendatangkan kemuliaan yang lebih besar. Ya… persoalan yang kita hadapi tidak akan pernah berhenti sampai kita menjadi Completers. Kita ditentukan oleh Tuhan untuk menjadi orang-orang yang menang. Kita lebih dari pemenang dan bukan pecundang.

Firman Tuhan hari ini memberikan gambaran yang jelas bahwa kehidupan kita sama seperti pertandingan olah raga. Kita harus sungguh-sungguh focus dan konsentrasi untuk dapat mencapai garis akhir. Selain itu kita harus juga memperhatikan syarat dan ketentuan yang beerlaku untuk kita dapat meraih kemenangan yang sejati. Tidak bisa kita seenaknya sendiri dan santai-santai dalam mengikut Tuhan.

 (Pol), telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi Rabu, 5 Januari 2011

 

Faith Like Potato

Ayat bacaan: Ibrani 11:1-40

Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.

(Ibrani 11:3)

 

                Saya sangat terinspirasi oleh sebuah film beerjudul  Faith like Potato. Film ini merupakan sebuah kisah nyata dari seorang petani di Afrika. Musim itu adalah musim kering, perlu biaya yang besar untuk mendapatkan air. Namun suatu ketika Tuhan menyuruhnya untuk menanam kentang. Petani ini menceritakan tentang apa yang Tuhan perintahkan kepada petani-petani yang lain. Dan menurut saya, tidak banyak yang menjadi percaya dan melakukan seperti petani ini lakukan. Dan benar,… setelah benih kentang di tanam hari-hari setelahnya menjadi hari-hari yang sangat kering. Tidak ada hujan sama sekali. Tiba giliran panen, petani ini berjalan di ladangnya bersama salah seorang pekerjanya. Dia berkata, "Hari ini kita akan panen kentang." Pekerjanya kurang yakin dan berpikir bahwa panen kentang yang diharapkan selama beberapa bulan pasti gagal karena tidak terlihat perbedaan apapun ketika dia menanam dan di waktu yang dikatakan sebagai musim menuai. Dia membuka salah satu gundukan benih kentang yang ditanamnya. Mujizat  terjadi! Tanaman kentang yang semula dikira akan mengalami gagal panen menjadi kentang-kentang terbaik.

                Film ini mengajarkan bahwa memiliki iman adalah seperti kentang. Secara kasat mata tidak ada perubahan, namun percayalah bahwa sesuatu yang besar terjadi. Hal ini sesuai dengan ayat bacaan kita hari ini. Para pahlawan iman seringkali melakukan danmengharapkan hal-hal yang secara manusia tidak mungkin terjadi. Tapi jika Tuhan yang berkehendak,segala yang tidak mungkin menjadi mungkin. Apa yang sedang menjadi pergumulanmu hari-hari ini? Percayalah dan berharap kepada Tuhan. Sekali Dia berfirman bahwa Dia akan menggenapi janjiNya… Hal itu akan segera terrjadi! (Pol), telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi Kamis, 13 Januari 2011

 

Waspada

ayat bacaan : Matius 24:37-51

 

 

Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.

Matius 25:46

 

 

          Suatu Malam, tanpa sengaja saya menyalakan televisi. Acara malam itu adalah "Kemanakah Dunia setelah tahun 2012?" Acara itu mengangkat sebuah suku yang berhenti membuat penanggalan setelah 27 Desember 2012. Dilengkapi dengan data-data secara ilmiah bahwa pada tahun-tahun tersebut akan ada badai matahari. Dikatakan bahwa badai matahari akan merusak semuanya dan tak dapat dikendalikan atau dihindari.

          Hal senada dikatakan oleh hamba-hamba Tuhan berkaliber dunia bahwa kita hidup di akhir zaman. Dikatakan di ayat baacaan kita hari ini bahwa "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula kelak pada kedatangan Anak Manusia." Pada zaman Nuh, bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan. Semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi. Dan Allah telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala mahluk.

          Namun Nuh beserta seluruh keluarganya memperoleh anugerah dan belas kasihan dari Tuhan. Mereka diselamatkan dari musibah yang tak terhindarkan. Kuncinya adalah: Nuh seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Ia hidup bergaul dengan Allah (Kej. 6:9). Bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah kita hidup dalam kebenaran Firman Tuhan? Apakah kita selalu rindu tetap mengasihi Tuhan meskipun sekeliling kita berusaha mengajak untuk berdosa?

Sobat muda,... miliki ketetapan untuk mengasihi Tuhan lebih dari dunia ini dan segala isinya, supaya hidup kita dinyatakan layak bagi komandan kita yaitu,Tuhan Yesus Kristus. Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya (2 Tim 2:4). Matius 19 menceritakan seorang muda yang baik, taat menjalankan perintah Tuhan  dan kaya. Namun terhadap dia, Yesus berkata ,"… lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah." Hanya satu saja masalah yang orang muda ini miliki: Hartanya telah mengikatnya untuk mengikut Tuhan. Hari ini biarlah sama seperti Paulus kita berkata, "…, marilah kita menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi kita, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita." (Ibrani 12:1) ~ (Pol), telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi Jumat, 21 Januari 2011

 

setia

ayat bacaan: Mazmur 123

Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita

Mazmur 123:2

                Hachiko A dog story   adalah sebuah film yang dibuat berdasarkan kisah nyata di Jepang. Film ini mennceritakan tentang seekor anjing yang memiliki kesetiaan kepada tuannya dengan menunggu tuannya pulang bekerja di luar pintu stasiun. Bahkan setelah tuannya meninggal dunia, anjing ini tetap menunggu tuannnya di luar pintu stasiun sampai akhir hidupnya (kira-kira 9 tahun lamanya). Suatu ketika tuannya bermaksud mengajak bermain dengan melemparkan sebuah tongkat. Tuannya berharap anjing itu akan mengambil dan mengembalikan kepada tuannya. Namun anjing itu tidak bergeming. Anjing itu tetap duduk manis di dekat tuannya. Baginya tidak ada alasan yang cukup kuat untuk meninggalkan tuannya demi sepotong kayu.

                Ketika melihat film ini, air mata saya tak tertahankan. Saya merasakan bagaimana seharusnya kita menantikan dan mengharapkan persekutuan denganNya dari hari ke hari. Kita tidak hanya datang kepadaNya ketika mengalami banyak permasalahan. Ataupun kita menjadi tidak lagi sungguh-sungguh memandangnya ketika melihat godaan-godaan dunia.

                Sesungguhnya kerinduaan Tuhan adalah setiap kita bisa belajar untuk menanti-nantikan Tuhan dengan setia, menyembahNya dengan  penuh hasrat dan kerinduan, mencari wajahNya dengan setia sampai anugerahNya, kekuatan tanganNya dan jawabanNya dataang kepada kita. Kita menjadi pribadi-pribadi yang mengejar Tuhan dengan penuh kehausan tatkala semua tantangan datang menghadang.

Bagaimana dengan kehidupanmu; apakah pengejaran akan hadirat Allah begitu berkobar dari lubuk hatimu yang terdalam? Apakah kesetiaan untuk menanti jawaban dari Tuhan ada di dalam kehidupanmu? Kalau belum, janganlah bersedih hati namun bukalah hati dan pikiranmu, datanglah kepada tahta kasih karuniaNya dan mohon kepadaNya untuk mencurahkan anugerahNya dan kemampuanNya. Percayalah, Dia akan memberikannya kepadamu dengan segara. (Pol), telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi Selasa, 25 Januari 2011

 

Pemazmur yang Disenangi

Ayat bacaan: 2 Samuel 23:1-7

 

Inilah perkataan Daud yang terakhir: "Tutur kata Daud bin Isai dan tutur kata orang yang diangkat tinggi, orang yang diurapi Allah Yakub, pemazmur yang disenangi di Israel: Roh TUHAN berbicara dengan perantaraanku, firman-Nya ada di lidahku; (2 Samuel 23:1-2)

 

Salah satu gelar yang dimiliki Daud adalah: Pemazmur yang disenangi. Ya,… Daud adalah seorang Raja yang boleh dibilang special. Selain Tuhan pilih Daud sebagai Raja, Tuhan menetapkannya menjadi seorang nabi juga (Kis 2:30). Ya,… hati Daud penuh dengan pujian dan penyembahan. Kesukaannya adalah menyembah Tuhan, itulah yang menyebabkan dia berbeda dengan Saul. Saul tidak mendapatkan jabatan keimaman, sehingga ia tidak punya hak untuk membawa korban bakaran bagi Tuhan. Daud punya hak itu. Mengapa Daud menjadi begitu special di hadapan Tuhan?

Kalau kita lihat, sebenarnya baik Saul maupun Daud sama-sama orang yang diangkat tinggi oleh Tuhan. Mereka bukan apa-apa dan siapa-siapa ketika belum diurapi sebagai raja. Namun kita bisa lihat dalam ayat bacaan kita hari ini bahwa sampai akhir hayatnya Daud menyadari bahwa dirinya tetap bukan siapa-siapa kalau bukan Tuhan yang mengangkatnya. Setiap kedudukan yang diperolehnya semuanya hanya oleh karena Tuhan. Sedangkan Saul, hidupnya penuh dengan kesombongan. Ketika Saul mengalami kegagalan, dia tidak mudah bertobat. Ketika Saul ditegor oleh Samuel, dia ganti menyalahkan keterlambatan Samuel. Saul memilih untuk takut kepada rakyat daripada kepada Tuhan (1 Samuel15).

Bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah yang dipikirkan Tuhan dan orang lain tentang kita? Apakah kita seorang yang menyenangkan atau menyebalkan? Kadangkala kita tidak menyadari bahwa melalui setiap persoalan dan kesulitan yang kita alami, ujian sedang berlangsung dalam kehidupan kita. Dalam kondisi terjepit, siapa diri kita yang sebenarnya akan terlihat. Kita bisa belajar melalui kitab Mazmur bagaimana Daud berespon terhadap segala permasalahan dalam kehidupannya. Kuncinya adalah ijinkan Roh Tuhan berbicara dengan perantaraan kita, maka lidah kita akan dipakai untuk menyampaikan Firman Tuhan (ay. 2) ~ (PoL), telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi Minggu, 30 Januari 2011

Merasa Paling Hebat

Ayat bacaan: Yohanes 15:9-16

Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. (Yohanes 15:14)

 

Seorang pemuda bertanya kepada pelatih basketnya, "Apakah besok aku bertanding?" Lalu pelatih itu menjawab, "Tidak!" "Kalau begitu besok saya akan pergi acara keluarga." Demikian pemuda itu mengatakan pada pelatihnya sambil meninggalkan lapangan. Sesaat setelah itu pelatihnya berkata, "Dia tidak akan bertanding untuk 2 sampai 3 pertandingan!"

Sewaktu saya mendengar cerita ini saya menjadi bertanya dalam hati hal apakah yang membuat si pelatih ini mengambil sedemikian ekstreem bagi anak didiknya? Apakah tidak ada toleransi sedikitpun? Namun selagi saya merenungkannya… Saya menjadi teringat akan ayat ini, "Bukan kamu yang memiilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yoh 15: 16) Ya,… Dia telah memberikan nyawaNya supaya kita bisa menjadi sahabatNya. Seorang sahabat yang melakukan apa yang diperintahkanNya. Dia memerintahkan segala sesuatu yang telah Dia dengar dari Bapa. Tujuannya adalah kita dapat menyenangkan hati Bapa Surgawi kita. Ya,… hanya Yesus dan Roh Kudus yang tahu persis apa yang menjadi selera Bapa Surgawi, sehingga penting sekali untuk kita belajar untuk selalu dengar-dengaran akan perintahNya (Firman Tuhan).

Pemuda tadi sudah memiliki agenda sendiri: acara keluarga! Si pelatih itu menghormati keputusannya, namun sebenarnya si pelatih ini dapat melihat kualitas hidupnya. Seberapa pemain itu akan memprioritaskan team dan berusaha untuk mengikuti setiap pertandingan akan mempengaruhi seberapa banyak kemenangan yang akan didapatnya. Sayangnya pelatih itu tidak menemukannya pada pemain basket yang sebenarnya cukup berpotensi itu. Dan pada akhirnya posisinya digantikan oleh seorang yang sebenarnya pas-pasan tapi mau terus berlatih dengan tekun melakukan instruksi pelatihnya.

Sobat Muda,… Jangan sampai belenggu kesombongan mengikat kita. Kita merasa bisa dan telah melakukan banyak hal bagi Dia, sehingga Dialah yang membutuhkan kita. Sehingga kadangkala ketika ada kesempatanuntuk melayani kita mengajukan pada 'Pelatih' kita banyak alasan untuk menolak. Melayani hanya ketika kita sedang 'mood'. Tuhan mau pelayanan yang kita berikan kepada Tuhan adalah karena cinta dan seperti yang diinginiNya. Oleh karena itu kita perlu dengar-dengaran akan perintahNya. (Pol), telah diterbitkan sebagai renungan Spirit Next Rabu, 19 Januari 2011.