29 Juli 2010

Ketaatan Membawa Berkat

Ayat bacaan: 1 Petrus 3:1-6

Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
1 Petrus 3:1

Tahun 2005 kami pindah ke sebuah rumah yang Tuhan percayakan. Namun secara lokasi terlalu jauh bagi kami sekeluarga. Jadi kami berdoa untuk mendapatkan sebuah rumah yang lebih dekat dengan kantor ataupun ibu saya. Hingga suatu ketika, tetangga ibu saya menawarkan sebuah rumah, berseberangan dengan rumah ibu saya. Sayangnya, suami saya tidak menyukai rumah tersebut. Dengan sedikit mengomel saya terpaksa mentaatinya. Saya mengeluh kepada Tuhan dalam buku rhema saya, “Tuhan... bukankah maksud kami pindah untuk pekerjaanMu? Mengapa Engkau tak memberikan kesepakatan di antara kami? Mengapa Engkau tak membuat aku sedikit lebih enak?” Dan tiba-tiba ada sebuah penghiburan di hati saya, “Ada berkat dalam ketaatan kepada suami.” Jadi saya menjadi sedikit lebih tenang.
Beberapa bulan kemudian, telpon di rumah ibu saya berbunyi. Saya menngangkat telepon itu, dan di sebrang sana seorang teman mengatakan, “Rumah sebelah mamamu mau dijual, kalau kamu mau, beli aja. Pemiliknya menawarkan kepadaku, tapi aku sudah punya dua. Aku rasa kamu pembeli yang cocok!” Spontan saya berkata, “Ok,.. saya mau!” Singkatnya, Tuhan membuat mukjizat dengan begitu ajaib sehingga akhirnya kami membeli rumah tersebut, rumah yang jauh lebih enak dan nyaman daripada rumah yang ditawarkankepada kami sebelumnya. Bahkan satu-satunya rumah yang paling diinginkan oleh suami saya di perumahan ibu saya. Benar-benar Tuhan memberikan yang terbaik bagi kami. Sampai-sampai beberapa waktu setelah penandatanganan di notaris, Tuhan berkata kepada saya, “Bukankah Aku selalu memberikan yang terbaik bagimu anakku?”
Wanita, mari kita belajar untuk tunduk, menghargai dan menghormati otoritas di atas kita. Baik atasan di kantor ataupun suami di rumah. Miliki hati yang lemah lembut untuk menerima setiap masukan yang diberikan sekalipun hati kita tidak cocok. Rendah hatilah untuk menerima setiap keputusan sekalipun tidak nyaman. Dan sekiranya belum merasa cocok, ungkapkan dalam doa dan permohonan kepada Allah. Hindari persungutan dan pemberontakan yang hanya akan menghambat berkat Tuhan dalam kehidupan kita. (Pol) ~ telah diterbitkan sebagai Renungan Spirit of Woman, Minggu 25 Juli 2010

Memungut Jelai

Ayat bacaan: Rut 2

Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan.
Amsal 21:5


Rut wanita Moab yang memilih mendampingi Naomi kembali ke Betlehem. Meskipun berulangkali Naomi menyuruh Rut untuk tinggal di Moab dan memulai hidup baru di kota kelahirannya. Rut sebenarnya secara manusia sama saja sedang mencari permasalahan dengan hidupnya sendiri. Tanpa jaminan masa depan Rut siap tetap melayani ibu Mertuanya. Terbukti dengan sesampainya di Betlehem Rut tidak mau menganggur, dia meminta ijin pada mertuanya untuk memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati padanya.
Rut 1:22 dikatakan bahwa ketika Rut sampai ke Betlehem adalah permulaan musim menuai jelai. Rut tetap memungut sampai musim menuai jelai dan gandum berakhir (Rut2:23). Jadi Rut telah membuktikan bahwa dia adalah wanita yang setia, suka bekerja keras dan rajin. Dan Tuhan selalu memperhitungkan Kesetiaan dan kerja keras yang Rut (Rut 2:12). Di Rut 4 diceritakan bahwa pada akhirnya Rut menjadi isteri Boas, si tuan tanah.
Wanita, bagaimana dengan kita? Apakah seringkali kita merasa putus asa di tengah kondisi dan kesulitan keuangan? Mari kita belajar dari kehidupan Rut. Dia tidak menyalahkan keadaan. Dia memilih untuk bekerja keras, rajinn dan setia sekalipun sepertinya hanya jelai yang dia kumpulkan. Hal yang sama harus kita lakukan. Jangan terus terpaku pada permasalahan kita namun mari kita lihat pintu saluran-saluran berkat yang telah Tuhan berikan. Dan terhadap setiap pintu yang Tuhan buka, kerjakan dengan sungguh-sungguh dan belajarlah setia. Jangan mudah menyerah terhadap keadaan. Amsal 10:4 katakan, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” So,… jangan ijinkan kemalasan ada di kehidupan kita! (Pol) ~ telah diterbitkan sebagai Renungan Spirit for Woman, Kamis, 15 Juli 2010

Respon

Ayat bacaan: Yakobus 3: 13-18

Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
(Yakobus 3:16)

Suatu hari ketika saya mengantarkan anak kursus. Di tengah-tengah jam kursus berlangsung, seorang anak keluar dari ruangan. Dia mendatangi saya dan berkata, “Anak tante nakal!” Sambil tersenyum saya menjawabnya, “Anak tante tidak nakal, tapi anak tante galak terhadap anak yang mengganggunya.” Rupanya si anak tidak setuju dengan saya dan sambil menunjuk saya dia berkata kepada setiap orang tua yang ada di ruang tunggu itu, “Anak tante itu nakal sekali!”
Tak lama kemudian, anak saya keluar dari ruangan kursus. Dan masih saja si anak itu mengatakan, “Nah,.. bener… ini anak tante yang nakal!” Sambil tersenyum kami berdua meninggalkannya dalam kondisi marah-marah. Di atas kendaraan saya bertanya, “Nak,.. apa yang terjadi sehingga temanmu mengatakan bahwa kamu nakal?” Dengan tanpa merasa bersalah, anak saya mengatakan, “Dia mengganggu saya, jadi saya katakan saya akan corat coret lembar kerjamu kalau kamu terus mengganggu! Lalu dia menangis keluar dari ruangan.” Mendengar hal itu saya merasa lega bahwa apa yang saya katakan ternyata tepat.
Rupanya kemarahan si Anak masih saja terbawa sampai kursus-kursus berikutnya. Sampai akhirnya dia berhenti sendiri karena semua pembimbing maupun orang tua mengatakan apa yang saya katakan, “Anak tante itu tidak nakal, kamu yang nakal.”
Saudara,… hal yang sama seringkali tidak kita sadari. Betapa kita sering menyalahkan orang lain dan merasa benar sendiri. Padahal sebenarnya hati kita yang tidak beres. Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa jika ada iri hati dan mementingkandiri sendiri, terjadilah kekacauan. Tetapi buah kebenaran dalam damai akan mengadakan damai. Mari kita belajar: menguasai diri, mengkoreksi diri dan minta kasih karuniaNya untuk mengubah setiap tabiat buruk kita. Kita menjadi orang yang murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. (Pol) ~ Telah diterbitkan sebagai Renungan Pagi (Andi), Selasa 20/7/10

Mendapat yang terbaik

Ayat bacaan : Filipi 4:1-9

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Filipi 4:6

Sepulang sekolah, anak saya berkata bahwa dia sangat ingin makan pempek yang berjualan di halaman sekolahnya. Namun saya melarangnya karena menurut saya dia sudah terlalu banyak jajan. Dia telah membeli roti dan susu sebagai bekal sekolahnya. Saya menolaknya dengan lembut, “Nak, jajannya hari ini cukup ya. Besok kamu boleh beli pempek asal pagi kamu mau bawa bekal dari rumah!” Diapun mau taat.
Keesokan harinya sepulang sekolah, anak saya terlihat pulang dengan riang dan siap menunggu si penjual pempek. Namun, sampai siang si penjual pempek dinantikan ternyata belum juga terlihat. Anak saya berkata, “Mom,… Aku ingin pempek!” Dan saya berkata, “Baik,.. kita akan cari dimana tukang pempek itu berjualan.” Rupanya setelah kami pergi ke tempat mangkal penjual pempek, terlihat semua gerobak tertata rapi. Mereka tidak berjualan hari ini.
Saya melihat wajah anak saya yang terlihat kecewa dan putus asa namun tidak berani marah dan menyesalkan telah dilarang membeli pempek kemarin. Melihat itu, sayapun terharu betapa saya bangga kepadanya. Sikapnya manis sekali, jadi saya menghiburnya dengan mengajak dia ke sebuah restoran yang menjual pempek terenak. Meskipun saya harus membayar sedikit lebih mahal, tapi saya merasa bersyukur memiliki seorang anak yang luar biasa.
Saudara,… Bukankah seringkali kita punya banyak keinginan? Bagaimana sikap kita ketika Tuhan ijinkan penundaan terjadi dalam kehidupan kita? Apakah kita selalu menuding Tuhan yang harus bertanggung jawab? Wanita,.. Tuhan sangat bangga jika kita tidak merengek-rengek dan menangis seperti anak kecil ketika belum mendapatkan apa yang kita mau. Percayalah bahwa Tuhan selalu ingin memberikan yang terbaik bagi kita. Mari kita belajar sabar dan mengucap syukur dalam segala keadaan ya! (Pol)~telah diterbitkan ssebagai Renungan(Andi), 5 Juli 2010