16 Desember 2010

Proses Menjadi Indah

Ayat bacaan: Pengkhotbah 3:1-15

Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

1 Korintus 10:13

Seorang nenek menggandeng cucu perempuannya yang sedang berulang tahun ke sebuah toko souvenir untuk membelikannya sebuah hadiah. Putri cilik ini melihat sebuah gelas yang sangat indah dan bermaksud mengambilnya. Namun tiba-tiba gelas itu berbicara, " Kamu tertarik denganku? Kamu harus dengarkan dulu kisahku. Begini kisahnya:

Dulu aku bukan siapa-sia. Tidak ada yang memperhatikanku. Aku hanyalah tanah liat yang diinjak-injak orang. Namun seseorang mengambilku. Dia menempatkanku di sebuah meja yang bersih. Aku mulai senang karena tidak ada orang yang menginjak-injak aku lagi. Namun ketika aku berpikir demikian, tiba-tiba orang itu mengangkat aku dan menjatuhkanku. Oh tidak! Dia terus menerus membanting aku! Rasanya sangat menyakitkan. Seolah mengerti jeritanku, Dia berhenti membantingku. Namun ternyata dia membawaku ke sebuah alat putar. Di situ aku diputar dan dibentuk, pusing sekali. Tapi untunglah setelah aku menurut kemauanNya, Dia menghentikan mesin putar itu. Aku sudah berbentuk gelas, dan kupikir prosesnya sudah selesai. Namun rupanya pikiranku salah. Aku dibakarnya dengan api yang sangat panas. Rasanya aku ingin kembali ke tempat yang dulu, terasa lebih enak dan nyaman. Orang itu tersenyum padaku, dia mengambil aku dari api yang panas dan mendinginkanku. Tapi ternyata Dia mengambil banyak warna dan mengoles ke seluruh tubuhku. Aku merasa tidak bisa bergerak lagi, becek! Dan aku menyerah saja sampai semua proses ini selesai. Pembuatku membawaku ke toko ini dan bertemu denganmu.

Sobat muda,… sadarkah kita bahwa sebetulnya kita bukan apa-apa. Namun Dia melihat keindahan dalam hidup kita. Dan mengambil setiap kita untuk di bentuk dan diprosesNya. Sobat muda, Dia mau memproses kita supaya kita mejadi ciptaanNya yang indah dan mulia. Bersediakah kita untuk tetap bersyukur dalam setiap proses yang dilakukanNya? Maukah setiap kita mengijinkan proses dan pembentukanNya masuk ke dalam hati kita?  (Pol) telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Selasa, 12 Desember 2010

Mobil Kehidupan

Ayat bacaan: 1 Samuel 2:11-17

Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia.

1 Samuel 2:26

Sudah 2 kali mobil kami menggelinding dalam posisi parkir dan mesin dimatikan. Yang pertama disebabkan karena tuas rem mobil kami telah aus. Kebetulan jalanan di depan rumah kami menurun, jadi rem tersebut tidak dapat menahan daya yang mendorong mobil meluncur menabrak pagar pembatas perumahan. Sedangkan yang kedua, suami saya kurang sempurna dalam menarik rem tangan, sehingga mirip dengan yang pertama, lagi-lagi mobil kami meluncur sendiri menabrak mobil milik tetangga di seberang rumah. Tentunya menghabiskan biaya yang cukup besar untuk mengganti rugi kerusakannya, namun itulah harga yang harus dibayar dari sebuah kelalaian.

Mobil itu seringkali berbicara tentang kehidupan kita. Ketika kita waspada dengan hidup kita, maka terjagalah kehidupan kita. Ketika kita mengemudikan hidup dengan mesin yang menyala,… hidup kita tidak akan meluncur begitu saja tanpa arah karena kita berusaha sedemikian rupa untuk mengendalikannya. Namun ketika hati kita mulai mati, kita jadi tidak waspada terhadap bahaya yang mengancam. Baru sadar seketika setelah terjadi sebuah insiden. Sama seperti mobil yang perlu terus dicek, servis dan ganti oli kehidupan kitapun memerlukan proses koreksi yang terus menerus. Ketika kita tidak melakukan proses tersebut dengan baik, maka lambat laun kehidupan kita akan rusak dan melemah. Oleh karena itu, sobat muda… mari kita terus menerus memintaNya untuk mengoreksi kehidupan kita. Jangan ijinkan hati kita mati dan kehilangan kepekaannya.

Hofni dan Pinehas adalah contoh dari dua orang muda yang kehilangan kepekaan dan kematian hati. Sebagai anak dari imam besar saat itu sebenarnya mereka berdua memiliki kesempatan untuk menjadi imam dan nabi bagi generasinya. Namun hati mereka mati dan kehilangan ketajamannya sehingga mereka begitu sembrono untuk mengambil persembahan bagi Tuhan.

Bagaimana dengan dirimu sobat muda? Masihkah mobil kehidupanmu berjalan di jalan yang benar dan penuh arti? Belum terlambat apabila kamu mau berbalik padaNya! (Pol) telah diterbitkansebagai Renungan Anak Muda, Selasa 14 Desember 2010

Ditentukan oleh Makanan

Ayat bacaan: Matius 4:1-11

Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.

Yosua 1:8

 

Tentunya setiap kita pernah menonton film Popeye. Tokoh kartun ini menjadi sangat kuat setelah memakan bayam. Cerita ini seringkali saya pakai untuk mengingatkan anak-anak saya untuk mau memakan sayur. Banyak orang lebih menyukai daging daripada buah dan sayuran. Penelitian membuktikan bahwa jenis makanan yang sering di makan menentukan pola hidup seseorang. Seorang yang gemar mengkonsumsi ikan, sayur dan buah-buahan akan memiliki tingkat kecerdasan dan emosi yang lebih baik daripada yang tidak mengkonsumsi makanan tersebut.

Hal yang sama dengan kehidupan kita. Apa yang menjadi makanan kita? Kalau kita mau menjadi seperti Yesus, kita harus juga makan makanan yang sama dengan yang Yesus makan. Mari kita lihat makanan Tuhan Yesus.

1.       Firman Allah (Matius 4:4)

2.       Melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaanNya (Yohanes 4:34)

Kedua makanan inilah yang menyebabkan Yesus menyelesaikan semua tugas dari Bapa dengan cepat dan tepat. Bagaimana dengan kita? Seberapa banyak kita memakan Firman Allah untuk kehidupan rohani kita? Seberapa banyak juga kerinduan hati kita untuk selalu mencari kehendakNya atas kehidupan kita? Akan menentukan seberapa kuat dan seberapa hebat diri kita untuk menggenapi rencana Allah.

Yosua adalah teladan setiap kita. Sebagai tangan kanan dari Musa, dia mengerti dengan amat sangat bagaimana menangani asupan rohani di dalam kehidupannya. Dia begitu sadar kalau dia menangani makanan rohani yang dia makan akan berdampak begitu besar dalam kepemimpinannya. Alkitab membuktikan bahwa dia begitu kuat menyelesaikan rencana Allah untuk memimpin bangsa Israel menaklukkan tanah perjanjian karena asupan rohaninya begitu sehat. Membaca dan merenungkan firman Tuhan adalah salah satu sumber kekuatan yang dimiliki oleh Yosua (Yosua 1:8). Karenanyalah dia bisa menyelesaikan  kehendak Allah pada jamannya. Bagaimana denganmu? Masihkah membaca dan merenungkan firman menjadi kegairahanmu? Bila tidak; mari kembali karena dari sanalah kekuatanmu. (Pol) telah diterbitkan sebagai RenunganAnak Muda, Minggu 12 Desember 2010

Invisible Hands

Ayat bacaan: Ester 5-:9-6:3

Maka bertanyalah raja: "Kehormatan dan kebesaran apakah yang dianugerahkan kepada Mordekhai oleh sebab perkara itu?" Jawab para biduanda raja yang bertugas pada baginda: "Kepadanya tidak dianugerahkan suatu apa pun."

Ester 6:3

Adalah Haman, orang Agag yaitu keturunan raja yang seharusnya atas perintah Tuhan dibunuh oleh Saul. Dia adalah seteru orang Yahudi. Dialah yang merencanakan pembunuhan besar-besaran atas sebuah bangsa. Dialah yang mau memusnahkan kehadiran sebuah bangsa di muka bumi. Tetapi Mordekhai muncul sebagai salah satu pahlawan bagi orang Yahudi. Berkat pertolongannya dan kegigihannya bencana pemusnahan masal sebuah bangsa bisa digagalkan. Berkat kesabaran dan keteguhannya rencana keji yang pernah direncanakan oleh seorang anak manusia berhasil di batalkan bahkan dibalikkan keadaannya.

Namun sebelum namanya mencuat sebagai pahlawan bagi bangsanya, ternyata kisah yang mendahuluinya tidak kalah serunya. Adalah sebuah hukuman telah ditetapkan bagi Mordekhai: digantung di sebuah tiang karena dia tidak mau menghormati Haman. Dia benar-benar ogah untuk memberikan penghormatan dengan berlutut dan sujud kepadanya. Dia hanya mau menyembah kepada Yehova. Dia hanya mau berikan penghormatannya bagi Raja diatas segala raja. Bagi Mordekhai keputusan untuk digantung sudah final. Sepertinya sudah tidak ada pengharapan lagi. Tak ada jalan keluar. Semuanya tertutup karena raja sudah memeteraikan dengan cap kerajaannya.  Benar-benar tidak ada pertolongan yang datang. Namun Tuhan melakukan mukjizatNya dalam semalam. Seperti sebuah tembang lawas yang dinyanyikan oleh Don Moen, "God will make a away; where there seems to be no way. He works in ways; we cannot see. He will make a away for me." Yeah,.. He is The Invisible Hand.

Hal yang sama akan sobat muda alami. Percayalah, di detik-detik terakhir seringkali Tuhan melakukan mukjizat bagi hidupmu. Apa yang menjadi pergumulanmu hari-hari ini? Apa masalah yang terlalu besar bagimu? Ijinkan the invisible hand bekerja dan menyelesaikannya bagimu. (POL) telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Andi offset, Rabu, 8 Desember 2010

Generasi Pemberani

Ayat bacaan: Hakim-hakim 6

Lalu berpalinglah TUHAN kepadanya dan berfirman: "Pergilah dengan kekuatanmu ini dan selamatkanlah orang Israel dari cengkeraman orang Midian. Bukankah Aku mengutus engkau!"

Hakim-hakim 6:14

 

Firman Tuhan menceritakan tentang orang Israel melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Akibatnya selama 7 tahun, Tuhan menyerahkan mereka ke tangan orang Midian. Setiap kali mereka selesai menabur, datanglah orang Midian, Amalek dan sekitarnya untuk memusnahkan hasil tanah mereka. Tidak ada bahan makanan yang ditinggalkan, sehingga orang Israel menjadi sangat melarat.

Hal yang sama kita lihat hari-hari ini. Orang-orang muda tidak menyadari bahwa hidupnya melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Dosa sudah memperbudak kehidupan mereka sehingga mereka tidak lagi dapat menikmati keindahan kasih karunia Tuhan. Akibatnya bisa ditebak; hidup mereka diperbudak oleh dosa, keterikatan dan ketergantungan baik oleh obat-obatan maupun seks bebas. Tidak sedikit bahkan yang kehilangan keperjakaan dan keperawanan. Inilah yang dinamakan melarat secara rohani.

Namun, Tuhan mau memanggil sebuah generasi yang berbeda dengan generasi yang sudah ada. Sebuah generasi yang pemberani! Sebuah generasi pahlawan. Sebuah generasi yang menjadi pengubah kondisi yang ada.

Karena itu Tuhan memanggil Gideon sebagai "Pahlawan yang Gagah Berani" ketika sedang mengirik gandum di tempat pemerasan anggur yang tersembunyi. Dan di masa ini, Dia mengundang sobat muda untuk keluar dari tempat yang tersembunyi menjadi pahlawan yang gagah berani.

Apa yang kemudian dilakukan Gideon sebagai respon terhadap panggilan Tuhan dalam hidupnya?

  1. Gideon mendirikan mezbah dan menamainya: Tuhan itu keselamatan (ay. 24). Untuk kita memulai setiap panggilan yang sudah Tuhan beri, kita perlu mengalami Tuhan sebagai penyelamat kita secara pribadi. Minta Dia masuk dan menjadi penebus segala dosa kita. Kita perlu mengalami kuasa penebusan oleh Darah Anak Domba.
  2. Mendirikan mezbah penyembahan kepada Tuhan sebagai ganti penyembahan kepada Baal (ay. 28). Tuhan meminta Gideon untuk menghancurkan mezbah penyembahan Baal dan menggantinya dengan penyembahan kepada Tuhan. Hal yang sama harus kita lakukan. Meskipun orang tua belum mengenal Tuhan, teman-teman tidak berdoa dan ke gereja, hati kita tetap mengarah kepada Tuhan. Bangun penyembahan pribadi dengan Tuhan dan setia mendengar dan melakukan perintahNya. (Pol) telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi, Sabtu, 4 Desember 2010

 

SeleraNya

Ayat bacaan:  Ester 2:1-17

Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Efesus 5:25b-27

 

Salah satu film yang cukup menginspirasi saya adalah One Night with The King. Film ini menceritakan tentang Ester yang mengikuti pemilihan Ratu menggantikan Ratu Wasti. Ratu Wasti dibuang karena dia tidak mau mengikuti kehendak sang Raja. Dia justru memilih asyik dengan pestanya sendiri dan kemauannya sendiri. Dan pemberontakan terhadap kemauan sang Raja mengakibatkan Wasti kehilangan kedudukannya sebagai Ratu. Setelah itu diadakanlah pemilihan, penyaringan dan penggodogan untuk mencari pengganti Ratu Wasti. Setiap wanita yang terpilih harus dirawat dan dididik untuk mengejar kualitas seorang Ratu yang layak untuk bertemu dengan sang Raja di suatu malam yang telah di tentukan untuk masing-masing kandidat.

Sebelum bertemu sang Raja, setiap kandidat ratu diminta untuk membawa barang yang telah dipilihnya dari tempat perbendaharaan raja untuk menghadap raja. Karena setelah bertemu dengan sang Raja, mereka tidak akan kembali ke tempat yang sebelumnya. Seseorang memilih perhiasan yang besar dengan baju yang ribet. Dan ketika sang raja memintanya naik kuda, kandidat ratu tersebut tidak dapat memenuhi permintaan raja dengan baik. Tapi berbeda dengan Ester yang tidak memilih apa yang diinginkannya namun dia bertanya kepada penasehat Raja tentang apa yang sebaiknya ia bawa. Perjumpaannya dengan sang Raja pada malam itu mengubah kehidupannya. Dari seorang biasa menjadi seorang Ratu.

Hal yang sama seringkali tidak kita sadari. Kita sering mendengar bahwa Yesus adalah Tuhan dan Raja. Namun kita tidak belajar untuk menyenangkan hatiNya. Maunya kita yang selalu dimengerti oleh Bapa. Memang Dia Bapa yang baik yang akan memberikan permintaan anak-anakNya, namun Dia tidak akan menjadikan seorang anak-anak menjadi mempelaiNya yang akan diajak untuk memerintah bersamaNya. Mari kita belajar terus dari Firman dan Roh Kudus untuk dapat mengerti seleraNya. (Pol), telah diterbitkan sebagai renungan Spirit Minggu, 21 November 2010.

7 Oktober 2010

Mengambil Tanggung Jawab

Ayat bacaan: 1 Samuel 17:12-39

Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." (1 Samuel 17:37a)

Tentunya setiap kita sudah sering mendengar cerita tentang Daud mengalahkan Goliat. Betapa heroiknya Daud. Namun kalau kita amati,… kemenangan Daud atas Goliat bukanlah sesuatu yang instan. Memerlukan sebuah pelatihan yang luar biasa dan berat. Dari ayat bacaan kita hari ini kita bisa melihat bahwa Daud telah setia menggembalakan kambing domba yang dua tiga ekor saja. Meskipun sedikit, Daud memiliki totalitas sebagai gembala kambing domba. Ketika ada singa atau beruang yang menerkam seekor domba dari kawanannya, Daud mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Begitu pula kalau ancaman singa dan beruang datang di hadapannya, Daud bukannya lari tapi menghadapinya dengan menangkap janggutnya, lalu menghajarnya dan membunuhnya.

Bagaimana denganmu, sobat muda? Bagaimana reaksi dan respon kita ketika sepertinya tanggung jawab yang kita pegang sangat sedikit, minim pujian dan sepertinya tidak berdampak. Orang-orang berrusaha menolak untuk menerima tanggung jawab itu. Sobat muda, ambil setiap kesempatan untuk memegang sebuah tanggung jawab. Anggaplah itu sebagai didikan yang harus kita terima sebelum kita memperoleh tanggung jawab yang lebih besar. Dan miliki totalitas mengerjakan setiap tanggung jawab yang Tuhan berikan. Lakukan yang terbaik dan ambil tanggung jawab yang lebih banyak lagi selagi masih ada kesempatan dan kapasitas. Percayalah bahwa Promosi datang ketika kita mau mengambil tanggung jawab yang lebih dari yang sudah kita lakukan.

Melalui sebuah kelas pengembangan diri, saya belajar: Orang yang sukses adalah orang yang melakukan apa yang orang gagal tidak suka lakukan. Jadi setiap kali saya malas,… saya sadar betul bahwa ujungnya adalah kegagalan. Statement di atas mendorong saya untuk terus mengasah potensi yang Tuhan beri dengan membuang rasa takut dan mengambil tanggung jawab yang lebih. (Pol) Telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi ~ Selasa 14 September 2010

Anak Panah Pahlawan

Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.

Mazmur 127:4

Sobat Muda,.. tahukah kamu bahwa Firman Tuhan menggambarkan hidup kita sebagai anak panah di tangan pahlawan. Wow ... luar biasa dan dahsyat yah! Tentunya pahlawannya adalah Yesus sendiri. Sadarkah bahwa kita diciptakan begitu spesial oleh Allah? Tahukah setiap kita ditetapkan Allah untuk melesat mencapai sasaran yang Dia sudah tetapkan? Setidaknya ada 3 hal penting yang harus dimiliki oleh anak panah.

1. Ketajaman.

Untuk menjadi tajam, perlu diasah bahkan dibuat menjadi tajam dengan membuang segala hal yang gak penting. Begitu pula dengan kehidupan kita. Kita harus melalui proses penajaman dari Tuhan. Dia akan membuang segala dosa dan kelemahan dari hidup kita. Apakah itu kemalasan, percabulan atau perbuatan-perbuatan lain yang tidak menyenangkan hatiNya. Kadangkala terasa sakit, namun tenanglah, Dia tidak pernah salah membentuk kita.

2. Kecepatan.

Anak panah bekerja dengan cepat. Bayangkan kalau seorang pemburu melesatkan anak panahnya yang lambat, pasti mangsanya sudah keburu lari. Kita harus punya respon yang cepat terhadap pergerakan yang Tuhan sedang lakukan. Kalau kita berlambat-lambat, akan lebih banyak rekan-rekan Sobat Muda yang dirusak oleh dunia ini.

3. Ketepatan.

Tajam dan cepat tidak cukup. Kita harus punya ketepatan. Kita tidak bisa hidup semaunya sendiri, tidak bisa hanya melakukan apa yang kita suka. Tanya pada Tuhan apa yang Dia inginkan dari hidup kita dan lakukan apa yang jadi kerinduanNya.

Ketiga hal itu harus dimiliki oleh anak panah tidak peduli bahan dasar anak panah itu apa (bisa kayu, bisa besi ataupun benda lainnya). Hal yang sama, tidak peduli kita berasal dari latar belakang yang seperti apa, masa lalu kita seperti apa, keluarga kita seperti apa bahkan tingkat pendidikan kita seperti apa. Youthers, yakinlah bahwa Dia mau memakai hidup kita. Bagaimana respon kita? Maukah kita menyerahkan diri menjadi anak panah di tanganNya? Bersediakah kita jadi alatNya dan senjataNya? (Pol). Telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi ~ Senin,6 September 2010

Berespon yang Benar

Ayat bacaan: 2 Samuel 16: 5-14

Tetapi kata raja: "Apakah urusanku dengan kamu, hai anak-anak Zeruya? Biarlah ia mengutuk! Sebab apabila TUHAN berfirman kepadanya: Kutukilah Daud, siapakah yang akan bertanya: mengapa engkau berbuat demikian?" (2 samuel 16:10)

Suatu ketika Daud ada dalam pelarian karena dikejar oleh anaknya sendiri, Absalom. Ketika raja Daud telah sampai ke Bahurim, keluarlah dari sana seorang dari kaum keluarga Saul; ia bernama Simei bin Gera. Sambil mendekati raja, ia terus-menerus mengutuk. Daud dan semua pegawai raja Daud dilemparinya dengan batu, walaupun segenap tentara dan semua pahlawan berjalan di kiri kanannya. Namun yang luar biasa yang dapat kita pelajari di sini adalah responnya terhadap permasalahan yang dia alami. Daud tidak membalas, membantah ataupun membunuh orang yang melakukannya. Dia hanya diam saja, meskipun sebenarnya Daud (yang pernah mengalahkan Goliat, musuh yang jauh lebih besar dari Simei) mampu melakukan lebih dari sekedar mendiamkannya.

Mengapa Daud berespon demikian? Sebab Daud yakin bahwa segala hal yang terjadi dalam kehidupannya tidak lepas dari rencana dan pengaturan Tuhan. Sekalipun sepertinya tidak enak, namun Daud tahu bahwa TUHAN yang telah berfirman kepadanya demikian. Daud tahu bahwa dirinya sedang mengalami ujian. Dia mengharapkan sebuah promosi datang selepas ujian yang dialaminya. Daud mengatakan, ”Mungkin TUHAN akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan TUHAN membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu pada hari ini."

Bagaimana dengan kita? Apa yang kita lakukan ketika mengalami hal sama. Orang lain mengatakan yang buruk dan tajam terhadap kita. Mereka menyerang secara fisik dan mental. Apakah kita marah dan membalas perlakuannya? Atau kita berespon yang sama seperti Daud. Mazmur 37:8 mengingatkan, “ Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan.” Seorang pengkhotbah mengatakan bahwa jika kita mudah tersinggung itu artinya hati kita masih dipenuhi kesombongan. Respon terbaik terhadap tindakan orang lain yang menyakiti kita adalah: mengampuni. Mari, kita belajar bersikap seperti Daud: Diam dan mempercayai bahwa Tuhan mampu mengubahkan setiap kutukan menjadi berkat. (Pol) ~ Telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi (Kamis, 16 September 2010)

Undang Pertolongan Tuhan

Ayat bacaan: 1 Samuel 7:7-13

“…ia menamainya Eben-Haezer, katanya: "Sampai di sini TUHAN menolong kita."

1 Sam.7:12

Melalui ayat bacaan hari ini kita dapat melihat bahwa ada situasi genting yang dihadapi oleh orang Israel. Ketika orang Israel berkumpul di Mizpa, raja-raja kota orang Filistin mendatangi mereka. Maka ketakutanlah orang Israel terhadap orang Filistin. Lalu mereka berkata kepada Samuel: "Janganlah berhenti berseru bagi kami kepada TUHAN, Allah kita, supaya Ia menyelamatkan kami dari tangan orang Filistin itu."

Kemudian Samuel mengambil seekor anak domba yang menyusu, lalu mempersembahkan seluruhnya kepada TUHAN sebagai korban bakaran. Dan ketika Samuel sedang mempersembahkan korban bakaran itu, majulah orang Filistin berperang melawan orang Israel. Tetapi pada hari itu TUHAN mengguntur dengan bunyi yang hebat ke atas orang Filistin dan mengacaukan mereka, sehingga mereka terpukul kalah oleh orang Israel. Bahkan Keluarlah orang-orang Israel dari Mizpa, mengejar orang Filistin itu dan memukul mereka kalah sampai hilir Bet-Kar.

Hal yang sama mungkin sedang kita alami. Hidup kita dihantui ketakutan tidak mendapatkan pasangan, kekhawatiran akan keuangan dan kecemasan akan masa depan. Namun melalui pembacaan perikop ini kita bisa belajar bagaimana cara Samuel mengalami pertolongan Tuhan atas orang Israel yaitu melalui korban! Ya,…Tuhan sangat suka terhadap korban. Dia sangat suka kepada korban karena ketika kita membawa korban kepada Tuhan maka sebenarnya setiap kita menjadikanNya yang terutama. Melalui korban itulah sebenarnya Dia akan mengenali kebersandaran kita kepadaNya. Bahkan korban dari hati yang berserah kepadaNya akan mendatangkan pertolongan dan kemenangan yang luar biasa.

Bagaimana dengan kehidupan keuangan kita? Apakah kekuatiran, ketakutan akan masa depan dan kecemasan akan keuangan menjadi faktor dominan di dalam kehidupan kita? Rindukah setiap kita mengalami terobosan dan kemenangan yang gilang gemilang? Maukah setiap kita melihat tangan kuasa Tuhan turun di dalam kehidupan kita? Percayakah bahwa Allah masing sanggup untuk melakukan mukjizatnya buat Saudara? Bila bersedia maka mulailah membawa korban yang menyenangkan hatiNya. Tatakala Saudara taat melakukannya maka saya percaya hidup Saudara akan mengalami Eeben Haezer.

Di atas gunung Tuhanlah pertolongan tersedia.

Telah diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi ~ Rabu 8 September 2010

How Low Can You Go..

Ayat bacaan: Yakobus 1:19-25

Sebab itu buanglah segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.

Yakobus 1:21

Ayah saya di masa mudanya adalah salah seorang pecandu rokok. Namun Sejak mengundang Tuhan Yesus secara pribadi untuk masuk dalam kehidupannya, beliau berhenti merokok. Namun,.. Nasi telah menjadi bubur. Penyempitan terjadi di beberapa pembuluh arteri dan berakibat kematian. Memang dalam setiap kemasan dan iklan rokok selalu dituliskan: Merokok dapat menyebabkan impotensi, gangguan kesehatan, kanker, kemandulan serta membahayakan kesehatan janin. Namun tulisan itu tidak otomatis menghentikan setiap orang dari kebiasaan merokok. Mengapa rokok berbahaya? Rokok mengandung kadar racun yang cukup tinggi. Bekerja dalam waktu yang lama namun secaraa pasti menghancurkan. Sebuah produk rokok memiliki semboyan, “How Low can You go?” Iklan tersebut menyampaikan bahwa rokok tersebut tetap saja mengandung zat racun namun dengan kadar yang rendah. Racun tetaplah racun yang bekerja cepat atau lambat untuk merusak tubuh.

Hal yang sama dengan kehidupan kerohanian kita. Setiap kali kita mendengar bahwa ada kebiasaan dosa yang harus kita tinggalkan karena kebiasaan dosa itu merusak kehidupan kita. Contoh, dosa percabulan dan kenajisan yang dilakukan saat ini belum tentu akibatnya langsung kita rasakan. Bisa besok, bulan depannya, tahun depannya, beberapa tahun setelahnya atau mungkin anak cucu kita yang akan menanggungnya. Itulah hukum dosa yang selalu bekerja merusak bahkan menghancurkan jiwa. Namun beberapa orang memiliki kerinduan untuk bebas dari dosa tersebut, sepertinya tidak memiliki kekuatan untuk meninggalkannya.

Nah,… Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa kita harus membuang segala sesuatu yang kotor dan kejahatan yang banyak itu. Perlu tindakan yang radikal dalam kehidupan kita yaitu membuang segala kejahatan, bukan sekedar menguranginya. Baru setelah segala yang kotor di hidup kita dibuang, kita bisa menerima firman yang berkuasa menyelamatkan jiwa dengan hati yang lemah lembut. (PoL) ~ telah diterbitkan sebagai Renungan Spirit Next, Senin 27/09/2010.

Menolong dalam Penderitaan

Menolong dalam Penderitaan

Ayat bacaan: Yohanes 15:9-17

Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Yohanes 15:13

 

          Suatu ketika saya mendapatkan kabar bahwa ayah kandung dan ayah tiri saya masuk ICU di Rumah Sakit yang berbeda meskipun di kota yang sama. Mendengar berita tersebut, saya memutuskan untuk pulang dan menengok keadaan mereka. Saya langsung menuju ke Rumah Sakit yang merawat ayah kandung saya. Rupanya istrinya (ibu tiri saya) tidak mengijinkan untuk saya menengok ayah saya yang sedang tergeletak tak berdaya. "Saya hanya ingin berdoa untuknya!" Demikian saya memohon. Permintaan itu tetap saja di tolak. Bahkan gorden tempat kami bisa melihat kondisi ayah dari luar pun di tutupnya. Melihat kondisi demikian, saya merasa tidak ada gunanya saya berada di Rumah Sakit itu. Jadi saya meninggalkannya dan menuju ke Rumah Sakit yang merawat ayah tiri saya. Rupanya, meskipun masih di ICU, ayah tiri saya kondisinya sudah membaik. Saya melihat kondisinya yang masih lemah dengan dibantu alat bantu pernafasan dan detektor jantung yang terus memantaunya. Namun tiba-tiba beliau bertanya, "Berhasilkah kamu menemui ayahmu?" Lalu dengan santai saya katakan, "Tidak!" Dan sambil menghela nafas ayah tiri saya berkata, "Nak,… seandainya saya sehat, saya antar kamu ketemu ayahmu! Pasti berhasil…" Air matapun tak tertahankan lagi. Saya terharu merasakan betapa dia sangat mencintai saya. Di tengah keterbatasannya, beliau memiliki  kerinduan untuk membuat saya bahagia dengan bertemu dengan ayah kandung saya.

          Bagi saya, pengalaman tersebut sangatlah berkesan dan memberikan pelajaran yang sangat berharga. Kita bisa memilih sikap kita ketika sedang ada di dalam masalah. Kita bisa mengasihani diri sendiri atau tetap memperhatikan kebutuhan orang lain sementara kita sedang ada di dalam masalah. Hal yang sama Yesus lakukan di atas kayu salib. Di tengah penderitaanNya, Yesus memperhatikan ibunya. Ia menyerahkan ibunya kepada muridNya yang paling dikasihiNya (Yoh. 19:26-27).

          Masihkah setiap kita mengalami kebaikan dan kasih setiaNya? Yakinkah setiap kita bahwa cinta dan anugerahNya tak terperi buat setiap kita? Bukankah kasih sayangNya diberikan karena cintaNya kepada kita? Kita bisa mengasihi orang lain ketika kita tinggal dalam kasih Tuhan Yesus (ay. 9)

 

Cintalah yang menyebabkan Dia berkorban!

Diterbitkan sebagai Renungan Anak Muda, Penerbit Andi ~ Selasa, 21 September 2010

20 Agustus 2010

Roh Marah

Ayat bacaan: 2 Timotius 3:1-10

Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

Efesus 4:31

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya asyik sarapan pagi beberapa mobil polisi melintas. Lalu saya bertanya, “Apa yang terjadi?” Seseorang mengatakan, “Tawuran antar fakultas di salah satu Perguruan Tinggi!” Mendengar hal itu saya kaget, “Hal apa sih yang bisa menyebabkan orang menjadi semarah itu?!” Tidak bisakah orang-orang ini menyelesaikan permasalahan dengan cara yang lebih intelek? Dan sejujurnya sampai hari ini saya tidak mengeri pemicu tawuran tersebut. Sejenak Sayapun mengintrospeksi diri. Ternyata saya mendapati hal yang sama dalam kehidupan saya. Ada hal yang sama tidak beresnya di hati ini. Hal kecil saja seringkali dapat memicu kemarahan yang luar biasa. Jadi saya mencoba untuk berdoa dan merenungkan, “Mengapa semua ini terjadi?”

Pertanyaan saya terjawab melalui ayat bacaan kita hari ini. Itulah kondisi yang terjadi hari-hari ini. Banyak orang mengatakan bahwa ini masa yang sangat sukar. Akibatnya, Manusia mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka membual, menyombongkan diri, menjadi pemfitnah, berontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Dimana-mana orang menjadi mudah terpancing emosi dan menjadi mudah marah.

Timotius, seorang pemimpin muda telah mendapatkan peringatan ini karena jika orang muda tidak hati-hati hidupnya akan habis karena dikuasai oleh emosi. Kunci kemenangan dari kehidupan yang terombang-ambing oleh emosi Paulus berikan kepada Timotius di ay. 10, “Ikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan ketekunanku.” Ya,… kita harus bangkit dan melawan roh yang bekerja pada umumnya dengan memiliki roh yang berbeda, bahkan berlawanan 180⁰. Lawan roh ‘semau gue’ dengan belajar kebenaran Firman Tuhan, setiap emosi negative dengan iman dan kesabaran. Dan berikan kasih kepada setiap teman yang menjengkelkan, suka menjelek-jelekkan kita bahkan berkhianat. (Pol) ~ telah diterbitkan sebagai renungan Youth, Yayasan Andi, Jumat, 13 Agustus 2010.

Lebih dari Pemenang

Ayat bacaan Keluaran 14:1-14

TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja

Keluaran 14:14

 

Firman ini keluar ketika Firaun mengejar orang Israel yang baru saja keluar dari Mesir. Waktu itu, Tuhan memerintahkan orang Israel untuk balik kembali dan berkemah di depan Pi-Hahirot, antara Migdol dan laut; tepat di depan Baal-Zefon, di tepi laut. Tujuannya adalah: Tuhan mau memperlihatkan kekuatan tanganNya di depan orang Israel. Di kondisi terjepit dan sepertinya tidak ada pertolongan bahkan ketika hati mulai pahit Tuhan menyatakan kemenangan yang akan dilakukanNya. Kisah ini berakhir dengan kalahnya pasukan Mesir sambil berkata, “Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab TUHANlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir.” (Kel. 14:25)

Hal yang sama seringkali pernah saya alami. Tahun 2005 dengan cara yang ajaib saya mendapatkan tawaran sebuah rumah. Kami berdoa dan puasa sampai akhirnya kami memutuskan untuk membeli rumah tersebut. Sejumlah besar uang muka telah kami bayarkan, namun masih ada kekurangannya. Di akhir tahun 2005 kami harus melunasi seluruh uang muka rumah baru kami. Jika sampai akhir tahun itu kami belum bisa melunasinya maka semua uang muka yang telah kami bayarkan hangus dan perjanjian kami dibatalkan. Namun sampai satu minggu sebelum jatuh tempo kami masih belum berhasil menjual rumah kami yang lama ssedangkan kami harus pergi keluar kota karena ada kepeerluan keluarga. Di tengah kondisi terjepit itu, saya dan suami terus belajar percaya akan janji-janji Tuhan, berdoa dan berpuasa. Dan pertolongan Tuhan datang tepat pada waktuNya. 3 hari sebelum kami keluar kota, seorang pembeli memaksa membeli rumah lama kami dan membayarnya secara tunai.

Sobat Muda,… apakah yang menjadi musuh terbesarmu hari-hari ini? Himpitan keuangan? Masalah keluarga? Atau pekerjaan? Bagaimanakah responmu terhadap musuh yang ada di depanmu? Jangan kuatir dan bersungut-sungut. Ijinkan tanganNya yang kuat melakukan mujizat di depanmu. Persungutan dan usaha manusia adalah sia-sia. Tapi kalau Tuhan yang bekerja, kita diam saja kemenangan akan menjadi bagian kita. Itulah yang menjadikan kita berpredikat: Lebih dari Pemenang! (Pol) ~ diterbitkan sebagai renungan Spirit for Woman, Senin 16/8/2010

7 Agustus 2010

Sikap Hati

Ayat Bacaan: Bilangan 13:1-33

Kemudian Kaleb mencoba menenteramkan hati bangsa itu di hadapan Musa, katanya: "Tidak! Kita akan maju dan menduduki negeri itu, sebab kita pasti akan mengalahkannya!"

Bilangan 13:30

Sikap hati menentukan tindakan. Kumpulan dari tindakan membawa pencitraan diri. Jadi kalau kamu mau dikenal sebagai orang yang baik, mulailah dengan mengambil sikap hati yang baik. Suatu ketika saya menonton sebuah pertandingan futsal. Salah satu pemainnya berlaku kasar dengan menendang kaki pemain lain dari belakang. Tentu saja pemain yang ditendang merasa kesakitan dan marah kepada lawannya. Dia bangkit berdiri dan mendorong lawannya seperti hendak berkelahi. Untung saja wasit segera menuju ke tengah lapangan dan berusaha untuk menenangkan mereka. Perkelahianpun dapat dihindari. Siapa yang salah? Baik pemain yang kasar maupun pemain yang emosional keduanya salah. Dan keduanya memiliki sikap hati yang keliru ketika menghadapi sebuah permasalahan. Pemain yang kasar merasa perlu melakukan segala cara untuk menghancurkan pemain yang terbaik, sedangkan pemain yang emosional merasa marah dengan perlakuan yang menyakitkan.

Sobat,… mari kita belajar untuk bersikap dengan benar. Salah satu pepatah kepemimpinan mengatakan, “Kita tidak bisa memilih berapa tahun kita akan hidup, tetapi kita bisa memilih berapa banyak kehidupan yang akan dimiliki dalam tahun-tahun itu. Kita tidak bisa mengendalikan kecantikan pada wajah kita, tetapi kita bisa mengendalikan ekspresi wajah kita. Kita tidak bisa mengendalikan saat-saat sulit dalam kehidupan, tetapi kita bisa memilih untuk membuat kehidupan tidak begitu sulit. Kita tidak bisa mengendalikan suasana negatif di dunia, tetapi kita bisa mengendalikan suasana pikiran kita. Terlalu sering kita berusaha memilih dan mengendalikan hal-hal yang tidak bisa kita kuasai. Terlalu jarang kita memilih untuk mengendalikan apa yang bisa kita kuasai yaitu sikap kita. Bahkan Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Kaleb bisa memasuki Tanah Perjanjian karena sikapnya yang benar. Dia terus menjaga sikap hatinya di saat bangsanya memberontak kepada Allahnya. Dia tidak mengijinkan sikap hatinya dikotori.

Bagaimana dengan sikap Saudara? Positifkah atau negatifkah? Belum terlambat untuk mengubahnya. Jadi ayo lakukan pembaharuan yang signifikan dalam sikap Saudara karena sikapmu akan membawamu ke Tanah Perjanjian atau berputar-putar di padang belantara. (Pol) ~  telah diterbitkan sebagai renungan Youth Senin, 2 Agustus 2010, Yayasan Andi.

Life Is Beautiful

Ayat bacaan: Filipi 4:2-8

Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

(Filipi 4:8)

Life is Beautiful adalah salah satu judul film yang menceritakan tentang seorang ayah berkebangsaan Yahudi dengan putranya yang harus hidup di camp konsentrasi. Sang ayah berusaha mengembangkan imajinasi anaknya bahwa mereka sedang bermain perang-perangan. Tujuan sang ayah adalah melindungi putranya dari trauma di camp konsentrasi. Sampai pada darah penghabisan sang ayah terus menerus menggunakan segala macam cara untuk melindungi anaknya. Dan akhirnya sang ayahpun berhasil.

Seperti halnya kisah di atas sang anak yang diselamatkan karena imajinasinya dikembangkan oleh ayahnya, begitupun hidup setiap kita akan diselamatkan jikalau setiap kita mengembangkan pikiran yang sehat dan positif. Karenanya Paulus menasehatkan setiap kita untuk memikirkan semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji. Dengan pikiran yang sehat dan positif maka hidup setiap kita akan sehat dan bermakna. Bahkan kitab Amsal mengatakan dengan jelas, “Sebab seperti orang yang membuat perhitungan dalam dirinya sendiri demikianlah ia.” Jelas sekali firman mengatakan apapun yang kita pikirkan akan menjadikan kita seperti yang kita pikirkan. Bukankah pikiran kita begitu dahsyat, bukankah pikiran kita benar-benar ajaib?

Saudara,… banyak hal yang tidak enak mungkin terjadi dalam kehidupan kita. Namun cara kita memandang kondisi yang kita alami akan membuat segala sesuatunya berbeda. Pikiranlah yang menjadikan setiap kita berbeda. Pikiranlah yang menjadikan setiap kita mengalami terobosan atas semua yang kita alami atau justru membuat kita terpuruk. Jadi jagai dan pagari pikiranmu karena dari sanalah kemenangan besar atau kekelahan besar kita boleh alami.

Bagaimana dengan pikiranmu? Apakah pikiranmu selalu negatif dan curiga atau positif dan sehat? Belum terlambat untuk lakukan perubahan. Sekaranglah saatnya! (Pol) ~ telah diterbitkan sebagai renungan Youth 4 Agustus 2010, Yayasan Andi.

29 Juli 2010

Ketaatan Membawa Berkat

Ayat bacaan: 1 Petrus 3:1-6

Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,
1 Petrus 3:1

Tahun 2005 kami pindah ke sebuah rumah yang Tuhan percayakan. Namun secara lokasi terlalu jauh bagi kami sekeluarga. Jadi kami berdoa untuk mendapatkan sebuah rumah yang lebih dekat dengan kantor ataupun ibu saya. Hingga suatu ketika, tetangga ibu saya menawarkan sebuah rumah, berseberangan dengan rumah ibu saya. Sayangnya, suami saya tidak menyukai rumah tersebut. Dengan sedikit mengomel saya terpaksa mentaatinya. Saya mengeluh kepada Tuhan dalam buku rhema saya, “Tuhan... bukankah maksud kami pindah untuk pekerjaanMu? Mengapa Engkau tak memberikan kesepakatan di antara kami? Mengapa Engkau tak membuat aku sedikit lebih enak?” Dan tiba-tiba ada sebuah penghiburan di hati saya, “Ada berkat dalam ketaatan kepada suami.” Jadi saya menjadi sedikit lebih tenang.
Beberapa bulan kemudian, telpon di rumah ibu saya berbunyi. Saya menngangkat telepon itu, dan di sebrang sana seorang teman mengatakan, “Rumah sebelah mamamu mau dijual, kalau kamu mau, beli aja. Pemiliknya menawarkan kepadaku, tapi aku sudah punya dua. Aku rasa kamu pembeli yang cocok!” Spontan saya berkata, “Ok,.. saya mau!” Singkatnya, Tuhan membuat mukjizat dengan begitu ajaib sehingga akhirnya kami membeli rumah tersebut, rumah yang jauh lebih enak dan nyaman daripada rumah yang ditawarkankepada kami sebelumnya. Bahkan satu-satunya rumah yang paling diinginkan oleh suami saya di perumahan ibu saya. Benar-benar Tuhan memberikan yang terbaik bagi kami. Sampai-sampai beberapa waktu setelah penandatanganan di notaris, Tuhan berkata kepada saya, “Bukankah Aku selalu memberikan yang terbaik bagimu anakku?”
Wanita, mari kita belajar untuk tunduk, menghargai dan menghormati otoritas di atas kita. Baik atasan di kantor ataupun suami di rumah. Miliki hati yang lemah lembut untuk menerima setiap masukan yang diberikan sekalipun hati kita tidak cocok. Rendah hatilah untuk menerima setiap keputusan sekalipun tidak nyaman. Dan sekiranya belum merasa cocok, ungkapkan dalam doa dan permohonan kepada Allah. Hindari persungutan dan pemberontakan yang hanya akan menghambat berkat Tuhan dalam kehidupan kita. (Pol) ~ telah diterbitkan sebagai Renungan Spirit of Woman, Minggu 25 Juli 2010

Memungut Jelai

Ayat bacaan: Rut 2

Rancangan orang rajin semata-mata mendatangkan kelimpahan, tetapi setiap orang yang tergesa-gesa hanya akan mengalami kekurangan.
Amsal 21:5


Rut wanita Moab yang memilih mendampingi Naomi kembali ke Betlehem. Meskipun berulangkali Naomi menyuruh Rut untuk tinggal di Moab dan memulai hidup baru di kota kelahirannya. Rut sebenarnya secara manusia sama saja sedang mencari permasalahan dengan hidupnya sendiri. Tanpa jaminan masa depan Rut siap tetap melayani ibu Mertuanya. Terbukti dengan sesampainya di Betlehem Rut tidak mau menganggur, dia meminta ijin pada mertuanya untuk memungut bulir-bulir jelai di belakang orang yang murah hati padanya.
Rut 1:22 dikatakan bahwa ketika Rut sampai ke Betlehem adalah permulaan musim menuai jelai. Rut tetap memungut sampai musim menuai jelai dan gandum berakhir (Rut2:23). Jadi Rut telah membuktikan bahwa dia adalah wanita yang setia, suka bekerja keras dan rajin. Dan Tuhan selalu memperhitungkan Kesetiaan dan kerja keras yang Rut (Rut 2:12). Di Rut 4 diceritakan bahwa pada akhirnya Rut menjadi isteri Boas, si tuan tanah.
Wanita, bagaimana dengan kita? Apakah seringkali kita merasa putus asa di tengah kondisi dan kesulitan keuangan? Mari kita belajar dari kehidupan Rut. Dia tidak menyalahkan keadaan. Dia memilih untuk bekerja keras, rajinn dan setia sekalipun sepertinya hanya jelai yang dia kumpulkan. Hal yang sama harus kita lakukan. Jangan terus terpaku pada permasalahan kita namun mari kita lihat pintu saluran-saluran berkat yang telah Tuhan berikan. Dan terhadap setiap pintu yang Tuhan buka, kerjakan dengan sungguh-sungguh dan belajarlah setia. Jangan mudah menyerah terhadap keadaan. Amsal 10:4 katakan, “Tangan yang lamban membuat miskin, tetapi tangan orang rajin menjadikan kaya.” So,… jangan ijinkan kemalasan ada di kehidupan kita! (Pol) ~ telah diterbitkan sebagai Renungan Spirit for Woman, Kamis, 15 Juli 2010

Respon

Ayat bacaan: Yakobus 3: 13-18

Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
(Yakobus 3:16)

Suatu hari ketika saya mengantarkan anak kursus. Di tengah-tengah jam kursus berlangsung, seorang anak keluar dari ruangan. Dia mendatangi saya dan berkata, “Anak tante nakal!” Sambil tersenyum saya menjawabnya, “Anak tante tidak nakal, tapi anak tante galak terhadap anak yang mengganggunya.” Rupanya si anak tidak setuju dengan saya dan sambil menunjuk saya dia berkata kepada setiap orang tua yang ada di ruang tunggu itu, “Anak tante itu nakal sekali!”
Tak lama kemudian, anak saya keluar dari ruangan kursus. Dan masih saja si anak itu mengatakan, “Nah,.. bener… ini anak tante yang nakal!” Sambil tersenyum kami berdua meninggalkannya dalam kondisi marah-marah. Di atas kendaraan saya bertanya, “Nak,.. apa yang terjadi sehingga temanmu mengatakan bahwa kamu nakal?” Dengan tanpa merasa bersalah, anak saya mengatakan, “Dia mengganggu saya, jadi saya katakan saya akan corat coret lembar kerjamu kalau kamu terus mengganggu! Lalu dia menangis keluar dari ruangan.” Mendengar hal itu saya merasa lega bahwa apa yang saya katakan ternyata tepat.
Rupanya kemarahan si Anak masih saja terbawa sampai kursus-kursus berikutnya. Sampai akhirnya dia berhenti sendiri karena semua pembimbing maupun orang tua mengatakan apa yang saya katakan, “Anak tante itu tidak nakal, kamu yang nakal.”
Saudara,… hal yang sama seringkali tidak kita sadari. Betapa kita sering menyalahkan orang lain dan merasa benar sendiri. Padahal sebenarnya hati kita yang tidak beres. Firman Tuhan hari ini mengingatkan bahwa jika ada iri hati dan mementingkandiri sendiri, terjadilah kekacauan. Tetapi buah kebenaran dalam damai akan mengadakan damai. Mari kita belajar: menguasai diri, mengkoreksi diri dan minta kasih karuniaNya untuk mengubah setiap tabiat buruk kita. Kita menjadi orang yang murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. (Pol) ~ Telah diterbitkan sebagai Renungan Pagi (Andi), Selasa 20/7/10

Mendapat yang terbaik

Ayat bacaan : Filipi 4:1-9

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
Filipi 4:6

Sepulang sekolah, anak saya berkata bahwa dia sangat ingin makan pempek yang berjualan di halaman sekolahnya. Namun saya melarangnya karena menurut saya dia sudah terlalu banyak jajan. Dia telah membeli roti dan susu sebagai bekal sekolahnya. Saya menolaknya dengan lembut, “Nak, jajannya hari ini cukup ya. Besok kamu boleh beli pempek asal pagi kamu mau bawa bekal dari rumah!” Diapun mau taat.
Keesokan harinya sepulang sekolah, anak saya terlihat pulang dengan riang dan siap menunggu si penjual pempek. Namun, sampai siang si penjual pempek dinantikan ternyata belum juga terlihat. Anak saya berkata, “Mom,… Aku ingin pempek!” Dan saya berkata, “Baik,.. kita akan cari dimana tukang pempek itu berjualan.” Rupanya setelah kami pergi ke tempat mangkal penjual pempek, terlihat semua gerobak tertata rapi. Mereka tidak berjualan hari ini.
Saya melihat wajah anak saya yang terlihat kecewa dan putus asa namun tidak berani marah dan menyesalkan telah dilarang membeli pempek kemarin. Melihat itu, sayapun terharu betapa saya bangga kepadanya. Sikapnya manis sekali, jadi saya menghiburnya dengan mengajak dia ke sebuah restoran yang menjual pempek terenak. Meskipun saya harus membayar sedikit lebih mahal, tapi saya merasa bersyukur memiliki seorang anak yang luar biasa.
Saudara,… Bukankah seringkali kita punya banyak keinginan? Bagaimana sikap kita ketika Tuhan ijinkan penundaan terjadi dalam kehidupan kita? Apakah kita selalu menuding Tuhan yang harus bertanggung jawab? Wanita,.. Tuhan sangat bangga jika kita tidak merengek-rengek dan menangis seperti anak kecil ketika belum mendapatkan apa yang kita mau. Percayalah bahwa Tuhan selalu ingin memberikan yang terbaik bagi kita. Mari kita belajar sabar dan mengucap syukur dalam segala keadaan ya! (Pol)~telah diterbitkan ssebagai Renungan(Andi), 5 Juli 2010

3 Mei 2010

To Much Junk...!

Suatu ketika saya mendapat limpahan seorang anak binaan. Bagi Pembina sebelumnya, anak yang satu ini bisa dikategorikan sebagai trouble maker. Jadi ketika pemimpin memindahkannya menjadi anak binaan saya dengan semangat dia memberi selamat seraya berkata, “Anak itu A, B, C dan seterusnya…” Ya,… pemimpinnya menceritakan kelemahan-kelemahan anak binaannya. Dan sejujurnya saya tidak mendengarkan sama sekali apa yang dikatakannya. Setelah selesai dia membicarakan kelemahannya, dia menasehati saya cara menghandle setiap kelemahan anak binaannya, “Kamu harus lakukan X, Y, Z… Supaya dia baik!” Sayamengucapkan terima kasih sambil berkata, “Saya akan mencoba mengenalinya sendiri!” Dan ternyata benar… ada beberapa kelemahannya yang seperti dikatakan oleh Pembina sebelum saya, namun ada juga yang saya pikir itu bukan kelemahannya. Jadi saya mulai berdoa meminta kasih karunia dari Tuhan untuk dapat menjadi ibu rohani yang baik baginya. Dan saya bersyukur bahwa sampai saat ini saya masih punya hubungan yang baik dengan anak binaan saya. Saya melihatnya bertumbuh dalam pengenalan dan takut akan Tuhan. Dan yang saya lebih syukuri adalah saya tidak menerima ‘sampah’ dari Pembina sebelumnya.
Pengalaman kedua. Hubungan saya boleh dibilang sangat baik dengan ibu penjaga kantor. Dia sering memberi masakannya yang benar-benar enak buat saya. Namun suatu ketika seorang teman dengan nada meenegor berkata, “Ibu berkata kamu selalu meminta masakannya ya?!” Saya sempat shock sesaat dan menjadi kalut. Tapi saya putuskan untuk berdiam diri dan naik ke lantai atas kantor dengan berderai-derai air mata. Saya berusaha menenangkan diri dan menata hati. Di situlah ada suara kecil dan lembut berkata, “Coba tanya ibu… tadi ngobrol apa dengan temanmu!” Saya kaget dan berusaha menguatkan hati untuk bertanya persis seperti bisikan itu. Dan ternyata benar… hanya ‘sampah’ yang berusaha merusak hubungan saya dengan ibu.
Pengalaman ketiga. Tahun 2001 adalah tahun dimana ada banyak ‘sampah’ yang saya ijinkan masuk dengan bebas ke telinga dan keluar lewat mulut saya. Dengan terlalu berani kami (saya dan beberapa teman) mengkritisi gereja yang sedang Tuhan pakai. Bahkan seorang teman membuat buku setebal 200 halaman tentang itu dan puji Tuhan sampai hari ini tidak berhasil ada penerbit yang mau menerbitkannya. Di waktu yang sama, Tuhan beri kesempatan untuk mengambil S2 di STII (Sekolah Tinggi Injili Indonesia). Di situ saya belajar bahwa mempelajari Alkitab harus sesuai konteksnya. ‘Sampah’ dan ‘kebenaran’? Membuat saya bertanya-tanya, ingin mencari tahu dan membuktikan sendiri kebenaran ataupun ketidak benarannya.
Waktu itu,… akhir tahun… Kakak saya datang dari Canada dan menceritakan betapa dia sangat diberkati oleh hamba Tuhan yang sering kami kritisi itu. Mendengar apa yang di ceritakan saya berkata dalam hati, “Kok berbeda dengan yang selama ini saya dengar?” Lalu saya di ajak untuk hadir dalam gereja hamba Tuhan itu bersama kak budi (waktu itu masih calon suami). Tiba-tiba hamba Tuhan itu berkata, “Saya sudah siapkan Firman, tapi jelas sekali Tuhan minta untuk saya ubah khotbah saya untuk seseorang yang sangat membutuhkannya.” Selama khotbah, dengan menggunakan ilmu S2 saya berusaha mencari titik ketidak benaran dari hamba Tuhan itu. Tapi saya tidak menemukannya. Semuanya sesuai dengan konteksnya! Bahkan Selesai kebaktian kak budi berkata, “Orang yang dimaksud sebagai alasan Hamba Tuhan itu ganti khotbahnya adalah: Saya! Karena saya minta itu!” Sejujurnya saya kaget luar biasa dan berkata, “Kok bisa ya?” Dan saya menjadi sangat yakin bahwa selama ini saya hanya menerima separoh kebenaran yang merupakan ‘sampah’ dan membuat hati tidak suka akan pekerjaan Tuhan yang luar biasa.
Pengalaman ke empat adalah masih dalam hal mengkritisi seorang Hamba Tuhan yang waktu itu terkenal hanya menyampaikan ‘kemakmuran’. Saya datang dalam ibadahnya dan kembali saya membuktikan bahwa hanya ‘sampah’ yang saya terima. Dengan jelas HambaNya menjelaskan bahwa Tuhan beri kekayaan dan kelimpahan bagi setiap orang yang mampu dipercaya untuk mengelola bagi kerajaanNya dan bukan bagi dirinya sendiri.
Pengalaman demi pengalaman telah kami (saya dan teman-teman) lewati. Dan sebenarnya gampang saja mendeteksi apakah perkataan yang kita dengar itu sampah atau tidak. Jika setelah kita mendengar muncul kemarahan, kepahitan, kesombongan (merasa lebih benar) dan dukacita yang tidak membawa ke pertobatan itulah Sampah! Ya,… Terlalu banyak ‘sampah’ yang tanpa kita sadari kita ijinkan masuk dalam kehidupan kita bahkan kita bawa kemana-mana dan mungkin kita hamburkan kemana-mana dan membuat bau busuk di mana-mana. Hanya 1 tempat yang layak bagi ‘sampah’ = tempat sampah.

Buang sampah dan tinggalkan! Jangan pernah diambil dan ditelan lagi! Apa yang masuk ke hati kita, pikiran kita itulah yang akan keluar melalui mulut kita. Oleh karena itu genapi Filipi 4:8 “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”

Semoga artikel ini bisa memberkati dan membuat kita menjalani hidup dengan lebih enteng dan indah. Selamat membuang sampah. (Pol)

15 Januari 2010

Disingkapkan

Ayat bacaan: Lukas 24: 13-35
Tetapi pikiran mereka telah menjadi tumpul, sebab sampai pada hari ini selubung itu masih tetap menyelubungi mereka, jika mereka membaca perjanjian lama itu tanpa disingkapkan, karena hanya Kristus saja yang dapat menyingkapkannya. 2 Korintus 3:14

Kemampuan indra jasmani sangatlah terbatas. Padahal apa yang kita lihat, dengar dan rasakan melalui indra jasmani kita seringkali menentukan apa yang akan kita putuskan. Misalnya: kita merasa ada yang menjelek-jelekkan, lalu kita menjadi marah. Ya,.. kadangkala keterbatasan indra kita ini menghalangi kita melihat karya Allah yang tak terbatas.
Kedua murid Yesus yang berjalan menuju Emaus ini mengalami halyang sama. Dalam perjalanan mereka bercakap-cakap dan bertukar pikiran tentang segala sesuatu yang telah terjadi di Yerusalem. Di tengah-tengah perjalanan itu, datanglah Yesus dan berjalan bersama mereka. Sayangnya ada sesuatu yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak dapat mengenali Yesus. Sampai ketika Yesus duduk bersama mereka, mengambil roti, mengucap berkat, memecahkan-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, baru terbukalah mata mereka.
Tanpa kita sadari, kita lebih sering cepat mencari teman untuk bercakap-cakap dan bertukar pikiran ketika menghadapi sebuah permasalahan ketimbang mencari Tuhan. Namun seperti yang dialami oleh kedua murid, keasyikan kita itu seringkali membuat kita tidak menyadari bahwa Tuhan sedang berjalan bersama kita. Itu membuat ada ‘sesuatu’ yang menghalangi mata kita. Mengapa demikian? Kadang kala ketika bercakap-cakap, kita tidak sadar bahwa kita menjadi mengasihi dirisendiri. Atau ketikakita bertukar pikiran kita menjadi mengandalkan pengalaman masa lalu.
Tuhan mau setiap kali menghadapi permasalahan, kita melihat Yesus yang duduk semeja dengan kita. Dengan duduk semeja denganNya, kita dapat melihat lagi setiap janji yang diberikanNya. Setiap kita special di mataNya sehingga untuk setiap permasalahan yang meskipun hampir sama dengan permasalahan orang lain, bisa jadi berbeda jalan keluar dan tujuan akhirnya. Oleh karena itu, Minta Roh Kudus untuk membukakan mata hati dan pikiran kita untuk kita dapat melihat karyaNya yang tak terbatas dalam kehidupan kita. (Pol) diterbitkan dalam Renungan Malam, Rabu 30 Desember 2009

Menjadi AnakNya

Ayat bacaan: Ibrani 12:1-17
Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak."
Ibrani 12:5-6


Suatu ketika sepulang kantor saya melihat anak saya yang dengan tersenyum menyambut saya. Sesaat sebelum dia tersenyum, saya melihatnya mematikan televisi. Saya tahu persis bahwa dia telah melanggar peraturan: “Tidak boleh menonton acara orang dewasa tanpa daddy atau mommy di sebelahmu!” Ya,… peraturan itu kami buat untuk menjaga supaya nilai-nilai kehidupannya baik. Namun kadangkala dia memprotes karena orang tua anak tetangga mengijinkan mereka menonton apapun yang mereka mau.
Saudara,…tanpa kita sadari meskipun secara usia kita telah disebut dewasa, ada bagian-bagian dalam hidup kita yang mencerminkan bahwa kita belum dewasa secara rohani. Seberapa seringkalikita bertanya, “Kenapa sepertinya Tuhan membiarkan orang yang tidak mengenalNya lebih sukses meskipun dengan cara yang tidak benar. Sementara kita hidup benar, hasilnya tidak sebaik mereka?” Atau miungkin kita sendiri mengalami masa ketika belum sungguh-sungguh melayani Tuhan,melakukan dosa besar rasanya ok-ok saja. Sedangkanketika sungguh-sungguhdalam Tuhan,dosa sedikit saja akibatnya fatal. Dankita bertanya, “Mengapa halini bias terjadi?”
Saudara,… Bersyukurlah kalau hal tersebut terjadi dalam hidup kita. Perlu kita sadari bahwa: Dia ingin menjadi yang terutama dalam hidup kita. Dia tidak mau kesuksesan membuat kita lupa pada si Pembuat Kesuksesan. Yang kedua, Dia mau mengingatkan bahwa standar kekudusanNya adalah mutlak! Tidak ada dosa besar atau dosa kecil, yang ada adalah: DOSA! Atau sedikit tidak taat dan kurang taat, yang ada adalah TIDAK TAAT! Dan kalau sepertinya kita di hajar sedemikian rupa, tujuannya adalah kita dilayakkan untuk menjadi anak-anak Allah. Matius 18:8 “Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal.” (Pol)
Diterbitkan oleh Renungan Pagi Minggu, 12 Desember 2009