20 November 2009

Kepahitan Menimbulkan Kerusuhan

Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang.
Ibrani 12:15


Kepahitan menimbulkan kerusuhan. Kisah Yusuf dengan saudara-saudaranya sangat jelas dapat kita pelajari. Kepahitan, kebencian yang tidak diselesaikan mengakibatkan kerusuhan. Dan baiklah sambil membaca renungan ini kita minta Tuhan menunjukkan pada kita, “Masihkah ada akar pahit dalam hati kita?” Jika ada, baiklah kita mendekat pada kasih karunia Allah. Minta Dia menyembuhkan hati kita dan memampukan kita untuk mengampuni setiap orang yang bersalah.
Kejadian 37:4 “Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah.” Berawal dari tidak mau menyapa dengan ramah. Bagaimana dengan kita? Adakah teman atau saudara yang membuat kita malas menyapa dengan ramah? Segera bereskan karena jika kita pelajari kisah selanjutnya kebencian yang ada di hati saudara-saudaranya mengakibatkan kejahatan-kejahatan yang lain.
Berbohong dan berusaha membunuh untuk menghancurkan mimpi orang lain. Kejadian 37: 20 “Sekarang, marilah kita bunuh dia dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya mimpinya itu!” Mimpi berbicara tujuan yang Tuhan beri. Betapa kita akan berurusan dengan Tuhan jika kita berusaha menggagalkan rencana Tuhan terhadap orang lain.
Jadi bertobatlah dari kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu ini (KPR 8:22). “…dan ampunilah kami akan dosa kami, sebab kamipun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan." (Lukas 11:4)Telah diterbitkan sebagai materi renungan, penerbit Andi 2009

10 November 2009

Dikobarkan Kembali

Ayat bacaan: Lukas 4:13-35


Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah
Roma 4:20


Dari ayat bacaan hari ini kita dapat melihat bahwa ada 2 orang muridNya yang telah sekian lama mengikut Yesus. Bahkan mereka pernah mendengar bahwa Yesus akan bangkit pada hari ketiga dan akan menunggu mereka di Galilea. Namun kenyataannya, tidak satupun dari muridNya yang percaya akan berita kebangkitanNya. Petruspun ketika ke Galilea bukannya menanti-nantikan kehadiranNya namun ia pergi menjala ikan. Hal yang sama dialami oleh kedua murid ini. Hati mereka telah beku dan mati. Mereka telah melihat betapa luar biasanya Yesus dengan segala kuasaNya dan mereka berharap bahwa dengan kuasa sehebat itu suatu saat Yesus akan menyelamatkan bangsa Israel atas penjajahan bangsa Romawi. Ya,.. Mereka menjadi kecewa karena Yesus tidak seperti yang dia harapkan. Yesus disiksa dan disalibkan.
Saudaara,.. Berapa banyak janji Tuhan yang pernah kita terima? Bagaimana respon hati kita ketika menantikan waktu penggenapan janjiNya? Apakah hati kita menjadi beku karena kecewa ketika janji itu sepertinya tidak akan menjadi Kenyataan. Saudara,.. Jangan pernah kita menjadi kecewa pada janji-janji Allah! Dia Allah yang tidak pernah lalai akan perjanjianNya. Ia ingat untuk selama-lamanya akan perjanjian-Nya, firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan, yang diikat-Nya dengan Abraham, dan akan sumpah-Nya kepada Ishak; diadakan-Nya hal itu menjadi ketetapan bagi Yakub, menjadi perjanjian kekal bagi Israel (Mzm 105:8-10)
Dua orang murid ini baru bisa melihat Yesus yang telah bangkit ketika duduk dan makan bersamaNya. Inilah pula yang kita perlukan ketika hati menjadi beku dan kecewa dalam menanti-nantikan janjiNya. Duduk semeja dengannya artinya mengalami kembali persekutuan yang intim denganNya sehingga fokus hidup kita bukan pada masalah kita namun kepada pribadiNya. Perjumpaan denganNya membuat hati yang tadinya sudah beku dikobarkan lagi. Kita perlu memiliki hati yang berkobar-kobar untuk dapat menjadi saksiNya. Sama seperti Kedua murid ini yang dengan hati yang berkobar-kobar kembali ke Yerusalem untuk menyampaikan berita kebangkitanNya. (Pol), diterbitkan oleh Renungan Spirit, Kamis 8 Oktober 2009